Rekor Tertinggi Keterlambatan Pengiriman Kontainer di 2024
Keandalan jadwal pengiriman kontainer global mencapai titik terendah baru di 2024, dengan keterlambatan yang terus meningkat di jalur perdagangan dunia. Berdasarkan laporan terbaru dari Sea-Intelligence, rata-rata keterlambatan kapal kontainer yang tertunda mencapai level tertinggi sejak puncak pandemi dan lonjakan volume pengiriman. Berbagai gangguan industri seperti konflik geopolitik, kemacetan pelabuhan, dan cuaca ekstrem menjadi faktor utama yang memengaruhi jadwal pengiriman global.
Penurunan Keandalan Jadwal di Industri
Meski ada upaya stabilisasi, keandalan jadwal pengiriman kontainer terus menurun sepanjang 2024. Tingkat keandalan berkisar antara 50 hingga 55 persen, namun pada September turun menjadi 51,4 persen—angka terendah dalam 24 bulan terakhir. Penurunan ini menunjukkan tren kinerja yang terus menurun.
“Keandalan jadwal pengiriman di 2024 cukup stabil di kisaran 50 hingga 55 persen, tetapi mengalami tren penurunan sejak puncak di bulan Mei,” ungkap Alan Murphy, CEO Sea-Intelligence. Ia menambahkan bahwa keandalan ini memberi gambaran yang lebih jelas kepada pengirim barang mengenai apa yang dapat diharapkan setiap bulan. Namun, angka saat ini sangat kontras dengan level pra-pandemi di 2019, yang mencapai 80 persen.
Kinerja Operator Utama dan Target Industri
Maersk masih memimpin industri dalam keandalan jadwal dengan tingkat keandalan 55,5 persen pada September 2024, meskipun ini turun signifikan dari 70 persen setahun sebelumnya. Maersk dan Hapag-Lloyd memiliki target ambisius mencapai keandalan 90 persen pada rute utama dengan peluncuran Gemini Cooperation pada 2025. Operator lain seperti Zim, PIL, dan Wan Hai melaporkan sedikit peningkatan dari Agustus ke September, namun secara tahunan, rata-rata keandalan operator utama berada pada 47 persen—turun 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Tiga operator—MSC, PIL, dan Wan Hai—mengalami penurunan signifikan, dengan keandalan mereka masing-masing turun lebih dari 20 persen dibandingkan tahun lalu. Rata-rata keterlambatan kedatangan kapal juga meningkat, dengan Sea-Intelligence melaporkan rata-rata keterlambatan 5,67 hari pada September, meningkat 0,21 hari dari bulan sebelumnya. Angka ini menjadi keterlambatan tertinggi ketiga pada bulan September, hanya dilampaui oleh keterlambatan selama pandemi pada 2021 dan 2022.
Faktor-Faktor Kunci Penyebab Keterlambatan
Beberapa faktor turut menyebabkan keterlambatan ini, salah satunya adalah pengalihan rute kapal melalui Tanjung Harapan di Afrika akibat ancaman keamanan di Laut Merah. Maersk dan operator lain menyebut adanya risiko keselamatan yang terkait dengan konflik, terutama serangan Houthi di wilayah tersebut. Selama setahun terakhir, dilaporkan lebih dari 200 kapal menjadi target, menimbulkan risiko besar bagi pengiriman di kawasan tersebut.
Pengalihan rute ini berdampak pada industri secara keseluruhan, meningkatkan biaya bahan bakar, waktu transit, dan emisi gas rumah kaca. Pelabuhan besar di Asia, seperti Singapura, Hong Kong, dan pelabuhan Korea, terus melaporkan tingkat kemacetan yang tinggi. Pelabuhan di Eropa Utara serta Savannah di AS juga mengalami hambatan karena penumpukan kapal dan keterlambatan.
Masalah kemacetan dan pengalihan rute ini meningkatkan biaya operasional dan memperpanjang waktu pengiriman, yang dapat menimbulkan gangguan lebih lanjut serta penumpukan kargo saat tantangan cuaca musim dingin menambah kesulitan di jalur transit dekat Afrika Selatan.
Prospek Masa Depan: Gangguan Diperkirakan Berlanjut
Ke depan, industri memperkirakan gangguan akan berlanjut hingga 2025, terutama akibat isu geopolitik yang belum terselesaikan dan kerentanan rantai pasok. Maersk baru-baru ini memperingatkan bahwa pengalihan rute di Laut Merah dan tantangan lain dapat terus memengaruhi keandalan jadwal serta kinerja pengiriman global.
Dengan keterlambatan yang terus berlanjut, pengirim dan perusahaan menghadapi tekanan tambahan untuk melindungi produk mereka selama waktu transit yang lebih lama. Peningkatan kemacetan dan rute yang lebih panjang memperbesar risiko kerusakan barang akibat kelembapan karena fluktuasi suhu dan kelembapan. Super Dry Desiccant menawarkan solusi pengendalian kelembapan yang esensial untuk melindungi barang dari dampak buruk kelembapan selama periode transit yang panjang. Dengan Super Dry, perusahaan dapat mencegah kerusakan akibat kelembapan, mengurangi kehilangan produk, dan menjaga kualitas barang hingga sampai di tujuan.